Berniat Mengancam Keluar dari Pekerjaan? Perhatikan Hal-hal Ini

Zay-Z pernah menyampaikan niatnya meninggalkan dunia musik pada tahun 2003 dan benar-benar menghilang selama tiga tahun, tapi sekarang kembali. Legenda bola basket Michael Jordan juga tiga kali mengatakan hendak berhenti dari basket profesional, namun selalu kembali lagi sebelum akhirnya benar-benar pensiun pada tahun 2003. 

Pemenang Grammy, Adele telah berulang kali menyatakan ingin beristirahat sejenak untuk mengurus anak dan menjaga kesehatannya, namun tak lama kemudian muncul rumor bahwa dia akan menggarap lagu tema dari film James Bond berikutnya. Dalam kasus-kasus di atas, keputusan untuk berhenti, atau setidaknya membicarakannya, disambut kekecewaan penggemar. Namun saat para bintang itu kembali lagi, sambutan meriah pun datang.

Bagaimana bila hal serupa kita lakukan, misalnya menyampaikan ingin berhenti dari pekerjaan pada teman-teman di kantor? Jelas efeknya akan berbeda. Perbedaan mereka dengan kita adalah bahwa mereka bintang yang selalu dinantikan akan kembali. Sedangkan kita?

"Para pesohor itu memiliki kantong jauh lebih tebal dan memiliki banyak pilihan lainnya," kata konsultan pekerjaan New York, Roy Cohen. "Jadi jangan menganggap Anda juga memiliki kebebasan yang sama dengan yang mereka lakukan." Jordan misalnya bisa dengan mudah berganti baju dari bintang NBA menjadi pemukul bisbol atau pemain golf. Sementara Jay-Z, walau pernah menghilang, kini telah menghasilkan 42 juta dollar dan baru-baru ini mengumumkan tanggal tur "4:44" nya. 

Dan Adele tentu saja, adalah Adele, penyanyi dengan suara emas. Mereka lebih bebas menuruti keinginannya. "Namun untuk pegawai, berulang kali menyampaikan keinginan untuk berhenti atau mengancam keluar untuk menyelesaikan suatu masalah bukanlah tindakan yang tepat," kata Debra Benton, salah satu penulis ”The Leadership Mind Switch”.

Mereka yang berulang kali mengancam akan keluar, seringkali justru tidak lagi diberi pekerjaan atau posisi yang penting karena perusahaan tidak ingin goncang bila ia benar-benar keluar. Selain itu, ancaman akan membuat perusahaan mempersiapkan pengganti yang sewaktu-waktu dengan mudah mengambil posisi Anda.

Namun bila ada sesuatu yang memberatkan Anda dalam pekerjaan, lebih baik beritahu atasan Anda dengan cara baik-baik bahwa ada hal yang mengganggu pikiran dan benar-benar ingin Anda bicarakan. 
Nah, bila tidak ada titik temu dalam menyelesaikan masalah Anda, gunakan pilihan berhenti sebagai opsi terakhir. Namun cara menyampaikannya tentu tidak sembarangan. Selain itu, pilihan ini sebaiknya diambil setelah Anda memiliki rencana soal apa yang akan Anda lakukan setelahnya.

”Sampaikan masalahnya, dan katakan bahwa Anda memiliki beberapa pilihan di luar, namun ingin atasan Anda memberi pertimbangan. Anda harus tetap menghargai atasan Anda karena ia mungkin memiliki jalan keluar,”ujar Benton.
"Ancaman untuk berhenti dari pekerjaan sebagai pilihan terakhir seringkali membuahkan hasil," kata Cohen, penulis “The Wall Street Professional’s Survival Guide.” "Namun sebaiknya disampaikan dengan cara yang elegan, karena tidak ada pimpinan yang mau disudutkan."

Jika Anda terpaksa berada dalam posisi seperti itu, bahasa tubuh dan waktu adalah kunci. "Nada Anda harus lurus, tegas, namun rileks," kata Benton. "Ingat bahwa sebuah ultimatum akan mengancam kedua pihak, karena orang yang mengeluarkan ultimatum sendiri bisa terancam terdepak karirnya."

Agar Anda tidak melakukan kesalahan dan menjadi emosional, sebaiknya mempraktikkan apa yang akan Anda katakan kepada sahabat atau rekan yang paling dipercaya sebelum benar-benar mengatakan kepada atasan. Selain itu pilihlah waktu yang tepat jika ingin memberi ultimatum untuk berhenti, misalnya saat Anda benar-benar dibutuhkan perusahaan di mana tak seorangpun bisa menggantikan Anda. Waktu yang tepat membuat Anda lebih kuat posisinya sehingga lebih mungkin mendapatkan apa yang Anda cari.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.