Pengamat Politik UNMA: Politisi Pandeglang Kehilangan Gairah di Pilkada Pandeglang

Pengamat politik UNMA Banten, Eko Supriatno.
KRAKATAURADIO.COM, PANDEGLANG - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Pandeglang digelar 23 September 2020. Namun sampai saat ini belum nampak kejutan atau gebrakan dari para kandidat dan partai politik (Parpol) yang akan ikut kontestasi Pilkada untuk menjadi orang nomor satu di Kabupaten Pandeglang.

Hal ini dikatakan pengamat politik dari Universitas Mathlaul Anwar (UNMA) Banten, Eko Supriatno. Eko mengatakan, belum terlihat kejutan-kejutan atau gagasan baru dari para Bakal Calon (Balon) Bupati. Bahkan, kata dia, peta koalisi dari partai politik (Parpol) juga belum nampak.

Ia menduga, hal ini karena beberapa faktor diantaranya sosok incumbent yakni Irna Narulita yang dirasa masih kuat dengan jaringan yang sudah mengakar.

“Incumbent kuat sekali. Kenapa? Incumbent, finansial kuat, jaringan sudah mengakar, politisasi birokrasi dan sebagainya,” ujarnya melalui keterangan tulis, Rabu (15/01).

Ia sendiri berharap Pilkada di Pandeglang hanya diikuti oleh dua pasangan calon. Caranya, Parpol di Pandeglang harus sepakat berkoalisi untuk mengusung kader terbaiknya dan melawan incumbent. Namun, kata dia, kondisi itu tidak sebanding dengan kenyataannya.

“Sebenarnya, kalau tidak banyak manuver parpol-parpol, ada banyak kekuatan yang bersatu pada tahun 2020 untuk melawan incumbent dan memenangkan Pilkada. Sebenarnya gairah perubahan dalam pilkada Pandeglang harusnya jauh lebih besar daripada pemilu sebelumnya, cuma heran para politisi Pandeglang kehilangan gairah, tidak berani total untuk bersaing melawan incumbent,” terang dia.

Selain itu, Eko menambahkan, mesin-mesin Parpol di Pandeglang belum bergerak. Hal ini semakin membuat bingung dan arah koalisi Parpol juga terpantau masih dinamis. Padahal ia menyebut peta politik di Pandeglang semakin mengerucut dengan menyisakan tiga poros utama, yakni trah Dimyati, trah Rau dan trah Jayabaya.

“Arah koalisi belum jelas. Mereka masih melakukan pertemuan untuk lobi dan membicarakan strategi. Artinya semua masih sangat terbuka dan cair,” kata dia.

Ia mencatat, setidaknya ada dua hal krusial kenapa Parpol tidak terburu-buru mengumumkan koalisi dan dukungan resmi di Pilkada. Pertama karena Parpol masih menunggu dan melihat hasil survei elektabilitas dan penentuan peta koalisi. Kedua, dukungan resmi tetap akan bergantung pada hasil survei elektabilitas.

“Tidak mengherankan jika seringkali muncul pernyataan kontradiktif yang keluar dari mulut para pengurus partai. Perlu diingat, kemenangan paslon tidak dilihat terlalu bergantung oleh partai tetapi tergantung bagaimana proses yang dilakukan oleh paslon nya. Atraktif dan penuh kejutan dalam politik,” imbuh dia. (Mudofar)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.