Mengenal puluhan jenis anyaman ketupat nusantara

Merdeka.com - Masyarakat Indonesia memiliki beragam jenis anyaman ketupat. Ada puluhan ragam ketupat dengan bentuk dan filosofi yang berbeda.

"Jika dikumpulin, jumlah ragam anyaman dari Papua sampai Aceh itu ada puluhan," ujar seniman anyam, Asep Maulana Hakim, saat pembukaan pemeran tunggalnya yang bertajuk 'Seribu Makna Ketupat' di Galeri Tirana House, Sabtu (18/6) lalu.

Asep membagi ketupat dalam dua kategori. Menurutnya ada ketupat yang secara khusus untuk upacara atau perayaan adat. Misalkan saja ketupat jenis lebaran. Ketupat ini memiliki bentuk jajaran genjang. Sesuai dengan namanya, ketupat jajar genjang ini dikhususkan untuk hari raya lebaran.

Uniknya, menurut Asep saat lebaran banyak masyarakat menyajikan ketupat dengan jenis Bawang, bukan jenis ketupat lebaran. "Jadi kebanyakan ketupat yang beredar di pasaran menjelang lebaran itu merupakan jenis ketupat Bawang, bukan jenis ketupat Lebaran," ujarnya.

Jenis ketupat lain yang digunakan saat upacara adat ialah Ketupat Luar 1 dan 2, Sinto, Salamet, dan Kepel. Ketupat sinto misalnya, sering digunakan masyarakat jawa saat upacara kelahiran bayi. Ketupat Sinto juga biasa digantung di depan pintu rumah, untuk orang yang bernazar.

Selain ketupat yang berfungsi untuk upacara dan perayaan itu, ada beberapa ketupat yang sifatnya hanya untuk hiasan atau keindahan. Ada ketupat berbentuk mirip kodok, kepala kerbau, merpati, kolibri, jantung, angsa, hingga mirip candi Borobudur.

"Kalau ketupat bawang itu merupakan kreasi saya sendiri," ujarnya.

Secara umum, kata dia, ketupat merupakan budaya bangsa di Asia Tenggara. Selain di Indonesia, orang Malaysia, Singapura, Brunei, dan Filipina juga mengenal ketupat.

Di Indonesia, ketupat dikenal dalam sajian beragam makanan. Kupat tahu di Sunda, katupat kandangan di Banjar, lotek dan gado-gado di Jawa, hingga coto Makassar. Di Bali, kupat juga disebut dengan nama tipat.

Beragamnya jenis anyaman ketupat serta pemanfaatannya hampir di seluruh nusantara itulah yang membuat Asep ingin terus melakukan penelitian dan pendokumentasian. "Rencananya saya mau bikin buku anyaman ketupat dari Aceh sampai Papua," ungkapnya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.