Laka Laut di Pandeglang Tahun 2021 Capai 5 Kasus, Terakhir 2 Nelayan Meninggal Dunia

Kasatpolair Polres Pandeglang, AKP Dwi Hary Bagio talkshow di Krakatau Radio, Rabu (08/12/2021).

KRAKATAURADIO.COM, PANDEGLANG - Selain sebagai salah satu destinasi favorit wisatawan untuk menghabiskan liburan, pesisir pantai di Kabupaten Pandeglang juga termasuk salah satu kawasan yang ramai dalam kegiatan nelayan. Tak jarang padatnya aktivitas di kawasan tersebut menimbulkan risiko kecelakaan laut hingga menimbulkan korban jiwa.

 

Kasatpolair Polres Pandeglang, AKP Dwi Hary Bagio mengatakan, setidaknya sudah ada sebanyak 5 kasus kecelakaan laut atau laka laut di tahun 2021. Kejadian laka laut ini juga disebabkan faktor cuaca ektrem yang biasa terjadi di periode akhir tahun.

 

“Untuk kejadian ini sudah kesekian kali ya mungkin ada sekitar 5 kali kejadian laka laut dalam kurun waktu satu tahun. Untuk cuaca akhir tahun ini memang cuaca dari BMKG juga diperkirakan buruk, ombak tinggi kurang bersahabat,” kata dia kepada Krakatau Radio, Rabu (08/12).

 

Kasus terakhir, kata Dwi, yakni meninggalnya 2 orang nelayan asal Labuan, yang hilang saat pergi melaut pada Senin (06/12). Kedua nelayan itu Tarban (60) ditemukan pada Rabu (08/12), sementara Kanta (35) ditemukan Kamis (09/12). Keduanya hilang diterjang ombak di sekitar perairan Pulau Liwungan.

 

Baca: Dua Nelayan di Labuan yang Hilang Diterjang Ombak Ditemukan Tim SAR Gabungan

 

Baca: Pemdes Carita Salurkan Bantuan Bagi Warga Terdampak Bencana Banjir Rob

 

Ia menerangkan, selain faktor cuaca ekstrem yang menyebabkan terjadinya laka laut, faktor kerusakan mesin juga ikut mempengaruhi.

 

“Kalau mesin mati biasanya masih ada handphone ya dia menghubungi rekannya itu bisa dibantu, tapi kalau memang udah cuaca yang ini (ekstrem) bisa, itu memang dari cuaca juga. Kalau mati mesin tapi cuaca bagus, terselamatkan juga,” paparnya.

 

Dwi melanjutkan, mengingat perkiraan cuaca ekstrem masih akan berlanjut sampai dengan awal tahun 2022 berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), untuk itu dirinya mengimbau kepada masyarakat dan nelayan yang akan tetap melaut untuk waspada dan siaga, termasuk melengkapi alat penyelamat di atas kapal.

 

“Setiap berangkat menggunakan alat keselamatan, minimal life jacket, ring boy, itu dibawa di perlengkapan kapalnya sehingga tidak seperti kejadian kemarin, katanya informasi, jerigen jadi alat penyelamat. Jerigen ini gak tahu bisa lepas dari genggaman. Itu ring boy maupun life jacket itu safetynya lebih aman, lebih bagus,” pungkasnya. (Mudofar)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.