Satu Bulan, 277 Kasus Suspek DBD Ditemukan di Pandeglang

Ilustrasi nyamuk Aedes Aegypti.
KRAKATAURADIO.COM, PANDEGLANG - Selama bulan Januari 2020, sebanyak 277 kasus suspek Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan di Pandeglang. Penemuan kasus DBD paling banyak terdapat di Kecamatan Sumur yang mencapai 55 kasus. Dengan peningkatan kasus DBD di Kabupaten Pandeglang, permintaan masyarakat akan fogging atau pengasapan juga mengalami peningkatan.

“Memang kasusnya meningkat di Januari 2020 ini. Jadi dari 277 kasus suspek itu ternyata setelah kita confirm itu 167 ya positif DBD,” kata Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Pandeglang, Dr. Kartini, Senin (10/02/2020).

Ia menerangkan, sejak bulan Januari sampai saat ini, Dinkes telah melakukan fogging sebanyak 77 titik di seluruh daerah yang terdampak kasus DBD.

“Untuk tahun ini kita ada peningkatan kasus untuk DBD jadi hampir di semua Kecamatan itu ada kasus, yang tidak ada itu dua puskesmas aja, yaitu Munjul dan Cimanuk,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kenaikan jumlah penderita DBD di Pandeglang adalah sulitnya masyarakat melakukan langkah pencegahan dan lebih efektif dalam merebaknya kasus DBD, yaitu dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 4M plus secara serentak.

Padahal, menurut dia, PSN 4M Plus merupakan tindakan preventif untuk mengurangi DBD. Sebab, curah hujan dan kelembapan udara yang tinggi berpengaruh terhadap perkembangan nyamuk.

“Sebenarnya sih fogging itu kan hanya salah satu cara untuk pencegahan dan pemutusan rantai penularan. Kalau misalkan mengenai pencegahan DBD mungkin harus dari berbagai cara bukan cuma hanya dari pemberantasan nyamuk dewasa atau fogging, tapi juga dengan 4m plus diantaranya menguras dan membersihkan kamar mandi, menutup tempat penampungan air, mengubur dan mendaur ulang bahan bekas dan memantau jentik nyamuk, dan plusnya adalah memakai lotion atau kelambu saat hendak tidur,” paparnya.

Selain itu, tambah dia, mimimnya kader juru pemantau jentik (jumantik). Guna mengatasi hal tersebut, Kartini meminta masyarakat untuk kooperatif terhadap petugas jumantik.

“Kader jumantik atau koordinator dia keliling melihat apakah rumah-rumah ini sudah melakukan yang namanya PSN, dicatat lah apakah bak mandi sudah dikuras, tempat minum burung sudah ada jentiknya tidak. Nah itu nanti fungsinya kader sebagai koordinator pemantaunya jadi kalau misalkan ada masalah bisa dilaporkan kemudian sebulan sekali petugas puskesmas ikut memantau,” sambungnya. (Mudofar)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.