Siaran Pers: Mewujudkan Wisata Berkelanjutan Melalui Kolaborasi People, Planet, and Profit di Desa Wisata Sukarame
![]() |
| Kegiatan Eksplorasi The 11th Connection oleh mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) di Desa Wisata Sukarame, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten. |
Asni Kayla Azzahra
Himasiera IPB, Eksplorasi The 11th Connection
Editor : Mudofar
KRAKATAURADIO.COM, CARITA - Setiap daerah memiliki keindahan dan ciri khasnya masing-masing, begitupun dengan Desa Wisata Sukarame, Kecamatan Carita, Pandeglang, Banten. Di sinilah kami melaksanakan kegiatan Eksplorasi The 11th Connection dengan tema Waves of Insight: Exploring Synergy in People, Planet, and Profit yang bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan alam, pemanfaatannya, kebudayaan masyarakat di desa wisata serta bagaimana kolaborasi antara Triple Bottom Line: People, Planet and Profit.
Desa Wisata Sukarame terletak di ujung barat Provinsi Banten dan dikenal dengan destinasi unggulan wisata pantainya, karena pengunjung dapat menikmati keindahan pantai, berenang, bermain banana boat, snorkeling, dan melakukan transplantasi karang.
Pesona desa ini bukan hanya sekadar garis pantai saja, tapi juga menyuguhkan keindahan alam berupa curug, sungai, hingga persawahan dan perkebunan. Wisatawan juga dapat menikmati keindahan alam bawah laut, dan ikut andil dalam menjaganya, dengan kegiatan rehabilitasi terumbu karang.
Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, karena bukan hanya sekadar liburan, melainkan pengalaman belajar secara langsung mengenai pentingnya menjaga ekosistem laut.
Pada tanggal 17 Agustus 2025, tim eksplorasi berkesempatan langsung untuk mencoba pengalaman belajar yang baru bersama kelompok konservasi Desa Wisata Sukarame, kami melaksanakan kegiatan Upacara Peringatan 17 Agustus di tengah laut dan terlibat langsung menjadi petugas upacara. Momen ini memberikan kesan yang sangat mendalam, karena bukan hanya mengenai peringatan, tapi juga bukti nyata rasa cinta pada tanah air.
Siang itu, pukul 13.00 WIB setelah melaksanakan upacara dan karnaval di Kecamatan Carita, tim eksplorasi berangkat menggunakan perahu kecil menuju keramba yang sudah disediakan, di sana kami tidak hanya sendiri, ada teman teman dari komunitas bank sampah gen z, masyarakat, tim konservasi, hingga adik-adik SMP dan SMA sekitar.

Upacara bendera memperingati HUT ke-80 RI di atas keramba apung.
Meskipun cukup merasa terombang-ambing tapi hal itu bukan menjadi alasan untuk meredupkan semangat kami dan upacara berlangsung dengan khidmat, ombak-ombak kecil itu pun seperti turut serta merayakan 80 tahun Indonesia Merdeka.
Setelah upacara, tim eksplorasi turut serta menjadi pengunjung yang peduli akan keberlanjutan, kami melaksanakan kegiatan transplantasi terumbu karang yang dibimbing langsung oleh tim konservasi. Karang yang masih kecil ditanam pada media tanam yang sudah disediakan dengan menggunakan bantuan lem khusus yang aman bagi ekosistem laut.
Tim konservasi memberikan fakta menarik, bahwa ternyata karang hanya bisa hidup tanpa air selama kurang dari lima menit, dan sebuah fakta, bahwa tangan yang telah menyentuh lem epoxy tidak boleh langsung menyentuh karang, karena dapat menyebabkan kematian.
Sebagai penutup perjalanan tim eksplorasi di Desa Sukarame, kami melakukan kegiatan snorkeling dan menyaksikan langsung keindahan alam bawah laut. Kami menemukan ikan-ikan kecil banyak berenang di sekitar terumbu karang, bahkan mereka memiliki apartemen, sebuah struktur alami yang menyerupai kompleks hunian mini di antara celah-celah karang.
“Apartemen ikan” ini terbentuk dari susunan karang. Menyaksikan keindahan dan keunikan ini, menyadarkan kami betapa pentingnya untuk mencintai dan menjaga alam. Namun, konservasi ini tidak akan bisa berjalan tanpa adanya kesadaran yang tumbuh dari masyarakat sekitar.
Pada awalnya, konservasi ini hanya berbentuk kelompok kecil yang digagas oleh Pak Arif, yang kini menjadi ketua Konservasi Alam Bawah Laut di Desa Wisata Sukarame. Tahun 2016 menjadi awal pergerakan mereka dengan melakukan snorkeling di Pantai Carita, dan pada saat itulah kelompok konservasi melihat bahwa kondisi di bawah sana 40 persen sudah mengalami kerusakan, baik biota laut maupun terumbu karang.
Hingga akhirnya, pada tahun 2021, Desa Sukarame berhasil tergabung ke dalam Desa Wisata Nasional dan meraih peringkat 50 besar Desa Wisata Indonesia.
Perubahan status menjadi desa wisata memberikan banyak perubahan baik positif maupun negatif pada berbagai sektor, khususnya sektor pariwisata dan ekonomi.
“Positifnya banyak, negatifnya juga ada, salah satu perubahan negatifnya adalah masalah sampah, karena kebersihan pun menunjang daya tarik suatu daerah wisata. Semakin banyak pengunjung maka semakin banyak pula sampah yang ditinggalkan.” ucap Endang Tresnajaya selaku Kepala Desa Sukarame.
Untuk mengatasi permasalahan sampah tersebut, Desa Wisata Sukarame memiliki komunitas Bank Sampah Gen Z yang terbentuk dari keresahan pemuda, karena dirasa bahwa wisatawan datang bukan hanya dengan uang, tapi sampah juga. Setelah ditelusuri, ternyata sampah sudah mengganggu hingga ke pertumbuhan terumbu karang.
Pengelolaan ini membantu masyarakat untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan, hal ini dibuktikan dengan antusias tinggi terhadap berbagai program yang diadakan oleh Bank Sampah Gen Z, salah satunya kegiatan menabung sampah, sungai yang awalnya tercemar dan banyak tumpukan sampah pun kini sudah semakin berkurang.

Pengrajin kayu di Desa Sukarame, Kecamatan Carita.
Tak hanya itu, UMKM pun terlibat dalam mengatasi permasalahan lingkungan, salah satunya adalah Pak Eton seorang pengrajin kayu yang mengandalkan limbah kayu sebagai bahan utamanya. Karyanya memiliki ciri khas unik berupa bentuk badak bercula satu, yang sekaligus menjadi simbol kepeduliannya terhadap pelestarian satwa langka dan lingkungan.
Selain itu, terdapat pula UMKM pengrajin kerang yang memanfaatkan cangkang kerang bekas untuk diolah menjadi berbagai produk kerajinan tangan bernilai seni, seperti hiasan rumah, aksesoris, hingga souvenir. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kreativitas masyarakat, tapi juga membantu mengurangi limbah laut dan memperkenalkan potensi lokal kepada pengunjung.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, mulai dari konservasi laut, pengelolaan sampah melalui Bank Sampah Gen Z, hingga keterlibatan UMKM lokal, Desa Sukarame menunjukkan bahwa kolaborasi masyarakat dapat menjadi kunci dalam menjaga kelestarian alam sekaligus menggerakkan roda perekonomian.
Kolaborasi ini dapat menjadi sebuah bukti nyata, bahwa pariwisata berkelanjutan mampu berjalan dengan menekankan prinsip 3P (People, Planet, Profit): memberdayakan masyarakat (people) agar lebih sejahtera dan berdaya saing, menjaga kelestarian alam dan sumber daya (planet) demi generasi mendatang, serta menciptakan keuntungan ekonomi (profit) yang tidak hanya menguntungkan individu, tetapi juga menopang keberlangsungan desa secara keseluruhan.

Tidak ada komentar