Nelayan Asal Labuan Masih Hilang Imbas Kecelakaan Laut di Pasauran
![]() |
| Nelayan yang selamat asal Desa Teluk, tengah mendapatkan perawatan di Puskesmas Labuan, Jumat (12/09/2025). |
KRAKATAURADIO.COM, LABUAN - Nelayan asal Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Pandeglang, atas nama Suwito, diketahui masih hilang setelah kapal yang ditumpangi diduga di tabrak tongkang dan terbalik di perairan Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang.
Diketahui, peristiwa ini terjadi saat kapal KM Nanjung Sari GT 5 hendak kembali dari melaut, Jumat (12/09/2025) dini hari. Dari lima awak kapal, hanya empat yang berhasil selamat, yakni Sujai (nakhoda), Tarim, Hamdan, dan Masudi. Sementara Suwito belum ditemukan hingga Sabtu 13 September 2025 pagi.
KM Nanjung Sari terbalik diduga akibat tertabrak oleh sebuah kapal tongkang yang tengah melintas di perairan tersebut. Belum diketahui secara pasti keterangan tongkang tersebut, karena suasana yang gelap ditambah kondisi cuaca hujan.
Salah satu nelayan selamat asal Desa Teluk, Masudi (35) menceritakan, saat itu waktu sudah menunjukan pukul 02.00 WIB. Ia sendiri tidak begitu mengetahui kejadian awalnya dari tertabraknya kapal.
Setelah tertabrak, tidak berselang lama kapal yang ditumpanginya terbalik. Saat itu ada lima orang penumpang.
“Tiba-tiba ada kapal nabrak dari belakang. Kejadian pas malam Jumat. Ada 5 ABK, 4 tertolong 1 hilang. Berangkat sejak hari Senin (minggu lalu),” kata dia.
Pada saat ditabrak, posisi kapal sedang pasang jangkar. Lokasinya di tengah di perairan Pasauran. Korban selamat sempat terombang-ambing selama beberapa jam. Beruntung kepal nelayan lainnya melihat kejadian tersebut dan menolong para korban.
“Ditemukan dan ditolong oleh nelayan gardan Panimbang. Kami bertahan berenang pakai pelampung blong, berempat,” ujarnya.
Baca: Puskesmas Labuan Jemput Bola Cek Kesehatan Pelajar ke SMPN 2
Baca: Tragis! Ibu dan Anak Balita Ditemukan Tewas dalam Rumah di Menes
Nelayan lainnya, Hamdan menambahkan, cuaca malam itu hujan deras disertai angin kencang dan gelombang cukup tinggi. Kondisi semakin mencekam ketika seorang rekannya berteriak ada tongkang mendekat ke arah kapal mereka. Menurut dia, kapal Nanjung Sari sebenarnya dilengkapi penerangan memadai.
“Cuaca hujan, ada angin, gelombang sedeng lah cuma ngeri. Lampu penerangan ada, lengkap,” ucap dia.
Ia mengakui berhasil bertahan hidup dengan berpegangan pada blong ikan yang dijadikan pelampung sampai datangnya pertolongan.
Adapun, tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian sampai dengan hari kedua, Sabtu 13 September. Komandan Tim SAR Gabungan, Pujiyanto, menyebut cuaca menjadi tantangan besar dalam proses pencarian.
“Pencarian sudah kita lakukan dengan dua tim, tapi hasilnya sampai sekarang masih nihil,” katanya seperti dikutip radarbanten.co.id.
Tim SAR menerjunkan dua unit rubber boat untuk pencarian laut dan satu tim darat untuk menyisir garis pantai. Insiden sendiri terjadi sekitar 12 nautical mile dari bibir pantai, yang saat itu dilaporkan sedang dilanda gelombang tinggi dan cuaca ekstrem.
Pencarian korban akan dilakukan selama tujuh hari ke depan. Setiap waktu menjadi krusial, terlebih karena kondisi laut yang tak menentu.
“Langkah selanjutnya kita tetap lakukan penyisiran laut dan darat. Hasil pencarian akan terus dilaporkan ke kantor SAR Banten,” imbuhnya. (Mudofar)

Tidak ada komentar